Sabtu, 26 Desember 2009

hikmah dari sebuah perbincangan singkat

Pertama kali saya melihat ibu itu, tampak guratan perjuangan hidup di wajahnya yang tegas. Seseorang yang amat sederhana, kira2 berusia 50tahunan-an kulit sawomatang, mengenakan penutup kepala, sorotan mata yang tajam. Entah mengapa tiba-tiba terkesiap satu keinginan untuk bsekedar bercakap dengan ibu itu, namun,jujur, awalnya saya merasa takut karena tak sekelumit senyum pun hadir di bibirnya sejak detik pertama kali kami bertemu. Keinginan saya untuk berbincang menutupi rasa gentar yang saya rasakan saat itu, tak lama setelahnya kami terlibat dalam satu pembicaraan ringan mengenai sekelumit kisah tentang kehidupannya, awalnya saya memulai dengan basa-basi asalnya,kesibukannya,dll,dan ...aaah..lega rasanya,beliau mulai membuka diri, mendengar cerita dari bibirnya yang mengalir lancar dan tanpa sela, namun menenangkan rasanya saat itu.
Ibu itu ternyata berasal dari Bali, dari lahir hingga menjelang remaja, kemudian pada tahun 70-an bersama-sama saudara-saudaranya, setelah tamat sekolah menengah pertama, mereka merantau ke daerah kalimatan timur tepatnya di tarakan. Disana beliau bekerja sebagai pengajar, hingga saat ini. Cerita demi cerita terus berlanjut hingga beliau bercerita tentang beberapa bulan yang lalu, dimulai dari wafatnya putra satu-satunya. Karena putranya berada di pulau jawa,dengan berat hati beliau merelakan dimakamkan di Jawa, tak lama berselang kurang lebih 12 hari setelah kepergian putranya beliau harus berhadapan dengan kenyataan suaminya turut menghadap yang kuasa karena penyakit jantung yang dideritanya. Tak cukup itu, beberapa minggu setelahnya musibah datang kembali menimpanya, ayahanda beliau dikabarkan meninggal di Pulau Bali( coba bayangkan dalam selang waktu kurang dari 2 bulan harus kehilangan 3 orang yang dicintai sekaligus.3 pria yang sangat berarti baginya)..tapi beliau orang yang amat kuat, tak satupun saya melihat airmata maupun mata yang berkaca-kaca, walaupun sedikit nampak raut muka sedih untuk beberapa saat...hanya beberapa saat saja...entah mungkin karena beliau segan menampakannya di depan saya atau memang ketabahannya menghadapi cobaan hidup.... Rasanya saat itu saya ingin sekali menagis, menyesali selama ini saya suka menggerutu , jarang bersyukur dengan segala nikmatNya, rapuh menghadapi sedikit ujianNya.Di luar sana banyyyaaak sekali orang-orang dengan ujian yang jauh-jauh-jauh lebih berat dari yang saya hadapi.Mungkin cobaan yang saya hadapi ini tak lebih sari seusap debu untuknya.Ya Rabbi, terimakasih telah mempertemukan saya dengan ibu itu.Semoga beliau tetap istiqomah, makin tegar menjalani kehidupan setelahnya..banyak hikmah yang bisa saya ambil dari pertemuan singkat tersebut dan semoga juga dapat diambil hikmahnya oleh yang lain.